A.
Penyesuaian Diri & Pertumbuhan
1. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu istilah yang sangat
sulit didefinisikan, karena memiliki banyak arti dan tidak memiliki patokan
jelas untuk menilai nya. Menurut Kartono, penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon
pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003)
menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
atau keinginan diri sendiri.
Penyesuaian diri tidak bisa disebut baik atau buruk,
maka dapat didefinisikan dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang
melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu
berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan,
frustasi-frustasi, dan konflik batin serta menyelaraskan tuntutan batin dengan
tuntutan dunia.
Hal penting dalam memelajari konsep penyesuaian diri
bukan dari macamnya tingkah laku yang menentukan apakah orang dapat menangani
proses penyesuaian diri, tetapi cara bagaimana tingkah laku itu digunakan.
Konsep penyesuaian diri dapat digunakan sejauh respon-respon terhadap stress
berfungsi untuk meringankan tuntutan-tuntutan yang ada pada individu. Apabila
respon-respon tersebut tidak efisien, merugikan kesejahteraan pribadi, atau
patologik, maka respon itu disebut sebagai respon yang tidak mampu menyesuaikan
diri.
2. Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan mahluk individu. manusia disebut
sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya
sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai ke khasan tersendiri yang spesifik
terhadap dirinya dalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu
tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit
demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
·
Penekanan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh
Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis,
perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai
keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara
bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri
anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi
semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
·
Penyesuaian Diri & Pertumbuhan
Pada
penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.
1. Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima
dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari siapa dirinya,
apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan
kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan
tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa, atau
tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan
adanya perasaan yang tenang tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang
menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai
dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib
yang dialaminya dan dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.
2. Penyesuaian
Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di
dalam lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti.
Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi
untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses
ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam
lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang
lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam
poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan
penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian
pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan
individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan
peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu
dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang
tidak sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan
tersebut.
·
Variasi Dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin
terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
·
Kondisi-Kondisi Untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi
fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya
secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon
mengemukakan bahwa terdapat korelasi ang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh
dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstromorf
yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan
diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah
merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan sistem
syaraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses
penyesuaian diri.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam
sistem syaraf, kelenjar dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental,
tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik
merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping
itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri,
kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam
kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
·
Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan“ yang di persepsikan dan diinterpretasi secara subyektf. Setiap,
orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “alam” pengalaman setia yang
berbeda dari alam pengalam orang lain (Brower. 1983 : 14). Fenomenologi banyak
mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers, yng boleh disebut sebagai bapak
psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan pandangan humanistik
sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen.
1974 :33).
B. Stress
1. Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik,
psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam
mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat
batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan
penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi
keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun
dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979)
menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala
peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress
adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress,
stress dapat diartikan sebagai:
Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh
perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari
setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani
tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi
oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan) situasi atau peristiwa
yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971) membantah konsep yang
mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa
daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau
psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak
dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor
memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian
mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976) menunjukkan bahwa
terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel (1968) bahwa
individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung
akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ
yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah,
ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali
dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai
oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang
kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai
tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk
terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga
dapat diartikan sebagai:
Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau
kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor.
Respon, yaitu stress merupakan suatu respon
atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut,
cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
Proses, yaitu stress digambarkan sebagai
suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress
melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis
mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa
negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut
menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang
sedang dihadapinya.
2. Efek-efek dari Stress
Gejala stres dapat mempengaruhi kesehatan, meskipun
anda mungkin tidak menyadarinya. Anda mungkin berpikir penyakit yang harus
disalahkan untuk sakit kepala yang mengganggu, insomnia atau produktivitas yang
berkurang di tempat kerja. Tetapi stres sebenarnya bisa saja pelakunya.
Memang, gejala stres dapat mempengaruhi tubuh, pikiran
dan perasaan, serta perilaku Anda. Mampu mengenali gejala umum stres dapat
memberikan informasi pada bagaimana untuk mengelolanya. Stres yang dibiarkan
tak terkendali dapat berkontribusi pada masalah kesehatan seperti tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, obesitas dan diabetes.
Tentu saja, jika anda tidak yakin jika stres adalah
penyebabnya atau jika Anda telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan
stres, tetapi gejala berlanjut, pergilah ke dokter. Dokter anda bisa memeriksa
penyebab potensial lainnya yang mungkin menjadi penyebab keluhan-keluhan
tersebut.
Juga, jika Anda memiliki nyeri dada, terutama jika itu
terjadi selama aktivitas fisik atau disertai dengan sesak napas, berkeringat,
pusing, mual, atau nyeri yang menjalar ke bahu dan lengan, sebaiknya anda
mendapatkan bantuan darurat segera. Ini mungkin peringatan dari serangan
jantung dan bukan hanya gejala stres.
Efek
Umum Stress
|
||
Pada
Tubuh
|
Pada
Perasaan
|
Pada
Perilaku
|
· Sakit
kepala
· Ketegangan
atau nyeri otot
· Nyeri
dada
· Kelelahan
· Perubahan dalam
gairah seks
· Gangguan
perut
· Masalah Tidur
|
· Kecemasan
· Gelisah
· Kurangnya
motivasi atau fokus
· Lekas
marah
· Kesedihan
atau depresi
|
· Kurang
nafsu makan atau malah makan berlebihan
· Kemarahan
yang meledak ledak
· Penyalahgunaan
obat atau alkohol
· Penarikan sosial
· Merokok
|
Sumber: American Psychological
Association
3. Faktor Yang Menimbulkan Stress
A. Kepribadian Ekstrovert dan Introver
Extrovert mendapatkan energi mental dari
lingkungan diluar dirinya, sedangkan introvert mendapatkan energi dari dalam
diri, saat melakukan aktivitas sendiri. Ibaratnya, extrovert seperti panel
surya sedangkan introvert seperti baterai atau aki. Tiap kepribadian memiliki
kelebihan sendiri sendiri. Extrovert suka bersosialisasi, karena ilmu sosialnya
sering terasah, maka fotografi yang cocok adalah fotografi yang membutuhkan
interaksi dengan orang-orang, seperti foto portrait atau wedding, yang
membutuhkan interaksi yang banyak supaya bisa menghasilkan foto yang baik. Lalu
kaum ekstrovert juga lebih suka berada dalam satu tim daripada kerja sendirian.
Maka dari itu ekstrovert suka hunting ramai ramai daripada sendiri. Sebaliknya,
kaum introvert lebih suka kerja sendiri atau hanya bersama satu-dua teman dekat
saja. Bekerja dengan banyak orang, apalagi yang baru kenal bisa menguras energi
kaum introvert. Meski menjadi seorang introvert sepertinya kurang bisa maju.
Tapi seorang introvert juga memiliki kelebihan seperti memiliki sifat yang
lebih tenang dan pengamatannya juga lebih rinci.
B. Fleksibel dan Rigid
Kepribadian fleksibel adalah suatu
kepribadian yang berubah karena dituntut keadaan tanpa harus merubah prinsip
hidup anda. Seseorang yang memiliki kepribadian yang fleksible lebih mudah
untuk beradaptasi di sebuah lingkungan baru yang ia tempati dan ia sangat mudah
dalam bergaul dilingkungan sosial, sehingga jarang sekali orang yang fleksible
mengalami stress. Sedangkan kepribadian rigid adalah kepribadian yang sukar
berubah disebuah keadaan. Seseorang yang memiliki kepribadian rigid ini
cenderung lebih tertutup dan sulit untuk bergaul atau bersosialisasi sehingga
ia tidak banyak memiliki teman, dan kepribadian rigid ini cenderung untuk
mengalami stress karena jarangnya bersosialisasi sehingga hal apapu disimpan
sendiri.
C. Over activity atau agresi
Kebanyakan seseorang mengalami stress
dikarenakan terjadinya agresi dalam diri seseorang sehingga seseorang tersebut
mengalami sulitnya pengontrolan emosi yang membuat sulitnya penanggulangan
stress. Terkadang berawal dari stress seseorang dapat melakukan agresi terhadap
orang lain dikarenakan ia menyukai hal agresi yang dilakukannya
Kecakapan
Kecakapan adalah bagaimana seorang individu
dalam cara ia menyelesaikan suatu masalah yang dapat menimbulkan stress. Dan
bagaimana cara seseorang tersebut menanggulangi stress tersebut agar tidak
timbul dan berkelanjutan.
Nilai dan Kebutuhan
Sosialisasi, adaptasi, internalisasi adalah
suatu nilai dan kebutuhan untuk tiap individu dalam menanggulangi stress. Jika
seseorang tidak memiliki hal tersebut seseorang akan mudah terserang stress.
Reaksi Dalam Stress
Fligh : Seseorang memilih lari dari masalah
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dikarenakan beberapa faktor seseorang
lebih memilih untuk lari dari masalah daripada menghadapi masalah tersebut
Fight
: Seseorang tidak hanya diam dalam menghadapi masalah tersebut tetapi ia
mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
4. Tipe-tipe Stress
Tipe-tipe Stres Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress
psikologis, yaitu:
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat
ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam
pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang
memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu
ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian
orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain.
Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan
memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang
dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan
mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga
bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict,
avoidant-avoidant conflict.
Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari.
Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan
juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya
untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang
menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika
individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman
yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan
kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya
marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
Symptom-Reducing
Responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan
berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus
merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri
(defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi
saat menghadapi stress:
1.
Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan
individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya,
ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2.
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di
bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi
memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga
yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3.
Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan
dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4.
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang
memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan
kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5.
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6.
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi
dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai
seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7.
Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat
tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang
bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8.
Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls
yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9.
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang
tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang
kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes
memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang
yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu
maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14.
Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang
lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif
(terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Coping
strategy
koping yang digunakan individu secara sadar
dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping
bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu
menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang
dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi
stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan
prestasi.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan
untuk mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian
tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik
ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback
atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu.Biofeedback kurang efektif
untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat
mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup
yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara
untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih
tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu
mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki
keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi
lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah
sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang
dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa
lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam
menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres
harus memiliki empat komponen pokok:
1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah:
mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang
tengah berlangsung.
2. Pengolahan informasi: suatu pendekatan
dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam.
komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada
untuk memecahkan masalah.
3. Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang
dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan,
meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
4. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa
situasi telah berhasil di atasi.
5. Pengalaman Stress Yang Dialami Oleh
Penulis
Pengalaman
Eustress (Stres Positif)
Pengalaman stress yang pernah saya alami
adalah ketika pertama kali mengikuti UN (Ujian Nasional) SD, SMP, dan SMA.
Ketika saat itu adalah masa-masanya dimana saya mengalami stress yang sangat
hebat dikarenakan ketakutan tidak lulus Ujian Nasional dan tidak dapat
mengerjakan soal tersebut. Ketika beberapa hari menjelang Ujian Nasional adalah
saat-saat yang sangat membuat saya sangat stress dan sangat memikirkan akan hal
tersebut, banyak cara yang saya lakukan untuk menanggulangi stress tersebut
seperti halnya saya tidak mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut,
dan berusaha untuk menjalankan apa yang akan saya hadapi nantinya tetapi cara
tersebut kurang maksimal menurut saya. Hingga hari pengumuman kelulusan tiba
saya dinyatakan lulus dengan nilai yang lumayan baik oleh pihak sekolah dan hal
stress tersebut ternyata membuahkan hal manis untuk saya. Saya mengambil nilai
positifnya yaitu apapun yang membuat kita tidak nyaman sehingga menimbulkan
stress, cobalah untuk tidak terlalu berat memikirkan hal tersebut, karena
menurut saya semakin kita memikirkan hal tersebut maka kita tidak akan bisa
mengerjakannya atau melakukannya sehinnga dapat menimbulkan stress yang
berlebihan.
Pengalaman
Disstress (Stres Negatif)
Pengalaman stress yang negatif yang pernah
saya alami adalah ketika saya dihadapkan dengan masalah minimnya
bersosialisasi. Disaat itu saya merasa sulit untuk dekat dengan seseorang yang
baru saya kenal, sehingga saya dianggap sebagi seseorang yang sangat pendiam
dan saya juga hampir sempat di jauih teman-teman saya. Hal yang membuat saya
sulit bergaul karena rasa tidak percaya diri yang timbul dalam diri saya yang
membuat saya sulit untuk memiliki banyak teman. Hal tersebut sempat membuat
saya stress sehingga saya tidak memiliki banyak teman dekat. Tetapi saya
berfikir bahwa itu karena awal masuk SMA dimana memang kita seharusnya
berkenalan satu sama lain, disitu saya coba untuk mencoba berkenalan atau
berbaur dengan teman-temang baru saya. Dan hasilnya saya mendapatkan banyak teman
yang memang satu kriteria dengan saya, disitu saya tidak merasa ada beban lagi
dan saya juga merasa senang sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep,
Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010.
Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Semium, Yustinus (2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius Yogyakarta
Wexley, Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational
Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan
remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal
Bedah Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan
Mental.Purwokerto: STAIN press.